Kedatangan Jepang di Indonesia
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang datang pertama
kali di Tarakan Kalimantan Timur. Ketika masuk wilayah Indonesia, pertama-tama
Jepang menduduki daerah penghasil minyak seperti Tarakan, Balikpapan, dan
Palembang. Kemudian perhatian Jepang diarahkan untuk menguasai Pulau Jawa. Tanggal
1 Maret 1942 pasukan Jepang berhasil mendarat di tiga tempat secara serempak di
Pulau Jawa, yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Pantura), dan Pasuruan (Jawa
Timur). Tanggal 5 Maret 1942 pasukan Jepang sudah berhasil menguasai Batavia. Tanggal
8 Maret 1942 Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letjen Ter Poorten atas
nama Angkatan Perang Sekutu menyerah tanpa syarat kepada Angkatan Perang Jepang
yang dipimpin Letjen Hithoshi Imamura. Upacara serah terima ditandatangani di
Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Gerakan Tiga A |
Setelah menduduki Indonesia, Jepang berusaha
menarik simpati rakyat Indonesia. Ada tiga hal yang dilakukan Jepang, yaitu:
1.
mengijinkan
mengibarkan bendera Merah Putih;
2.
mengijinkan
rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya;
3.
larangan
menggunakan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa pergaulan
sehari-hari diganti dengan bahasa Indonesia.
Untuk memikat hati rakyat, Jepang membuat propaganda tiga A. Propaganda yang dilancarkan
Jepang itu berisi:
1.
Jepang
pemimpin Asia,
2.
Jepang
pelindung Asia,
3.
Jepang cahaya
Asia.
9 Maret 1943 dibentuk Putera (pusat tenaga rakyat) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno,
Moh. Hatta, K.H. Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tahun 1944 Jepang membentuk
Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Jawa untuk kepentingan perang Jepang.
Penderitaan rakyat pada masa
pendudukan Jepang
Jepang juga memanfaatkan rakyat Indonesia untuk
diperas tenaganya bagi keperluan Jepang. Para pekerja paksa pada zaman Jepang
disebut romusha. Jepang mengerahkan
rakyat Indonesia khususnya para pemuda untuk membangun prasarana perang,
seperti: kubu-kubu, jalan raya, bandar udara, benteng, jembatan, dan sarana
perang lainnya. Para romusha harus bekerja berat dalam bahaya serangan Sekutu yang
selalu mengancam. Tenaga mereka diperas secara berlebihan, sementara makanan
tidak diperhatikan. Mereka tinggal dan tidur dalam barak-barak yang kotor dan
tidak sehat. Banyak romusha mati karena kelaparan, kecapaian, terkena serangan
Sekutu, atau karena terserang penyakit. Selain romusha, banyak barisan dibentuk
untuk kepentingan Jepang, seperti:
a.
Seinendan (barisan
pemuda),
b.
Keibodan (Barisan
Pembantu Polisi),
c.
Fujinkai (Barisan
Wanita),
d.
Suishintai (Barisan
Pelopor),
e.
Jibakutai (Barisan
Berani Mati),
f.
Gakutotai (Barisan
Pelajar),
g.
Peta (Pembela
Tanah Air).
Perlawanan menentang penjajahan
Jepang
1.
Perlawanan
rakyat Aceh di Cot Plieng tahun 1942
Perlawanan ini
dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Perlawanan rakyat Aceh juga terjadi di Mereudu
pada tahun 1944.
2.
Perlawanan di
Kaplongan, Jawa Barat
Jepang memaksa petani di Kaplongan untuk menyerahkan
sebagian hasil buminya. Petani marah. Terjadilah perlawanan terhadap pasukan Jepang.
3.
Perlawanan di
Lohbener, Jawa Barat
Petani
di Lohbener menolak memberikan
hasil panen padi kepada Jepang. Terjadilah peperangan terhadap pasukan Jepang.
4.
Perlawanan di
Pontianak, Kalimantan Barat
Penduduk dipaksa untuk membuat pelabuhan dan lapangan
terbang. Para pemimpin sepakat untuk menyerang Jepang. Perlawanan terjadi pada
tanggal 16 Oktober 1943. Mereka ditangkap dan dibunuh.
5.
Perlawanan Peta di Gumilir, Cilacap
Perlawanan
Peta Gumilir, Cilacap terjadi
pada bulan Juni 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Kusaeri, komandan regu Peta
di Cilacap. Kusaeri menyerah tetapi tidak dijatuhi hukuman. Sudirman berhasil
menolong dan membebaskannya.
6.
Perlawanan di
Singaparna, Jawa Barat
Perlawanan
Singaparna dipimpin oleh Kiai Haji Zainal Mustafa. Beliau menolak
seikeirei (membungkukkan badan kepada Kai-sar Jepang Tenno Heika) dan menentang
romusha. Beliau memandang hal itu bertentangan dengan ajaran Islam.
7.
Perlawanan
Peta di Blitar, Jawa Timur
Tentara
Peta di Blitar memberontak di
bawah pimpinan Shodanco F.X. Supriyadi.
Namun Jepang dapat mematahkan perlawanan ini. Supriyadi dan teman-temanya
ditangkap oleh tentara Jepang. Pada tanggal 15 Maret 1945, perwira-perwira Peta
yang memberontak diadili di Pengadilan Militer Jepang di Jakarta. Dalam
pengadilan itu, mereka dijatuhi hukuman mati. Perwira-perwira Peta yang
dijatuhi hukuman mati antara lain Muradi, Dr. Ismangil, Suparyono, Sunarto,
Halim Mangkudijaya, dan Supriyadi. Namun, Supriyadi menghilang dan tidak menghadiri
persidangan.
Bagaimana dengan artikelnya diatas? semoga artikel ini bermanfaat bagi
semua dan jangan lupa ya, bagikan artikel Masa PenjajahanJepang di Indonesia
infonya sangat bagus untuk dibaca
BalasHapusberita moto gp