Pengertian CTL menurut para Ahli
Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam CTL
bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah
proses berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang
dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan Blanchard
(Trianto, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran
yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Sementara Trianto (2007) berpendapat pula mengenai
CTL adalah pembelajaran yang terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa
yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga dan
warga masyarakat. Sejalan dengan hal di atas, Muslich (2007) menjelaskan bahwa
landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi mengkonstruksi
atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta yang mereka
alami dalam kehidupannya. Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas,
pembelajaran CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara
materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut
digunakan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Materi pelajaran akan bermakna
bagi siswa jika mereka mempelajari materi tersebut melalui konteks kehidupan
mereka.
Model Pembelajaran CTL |
Pembelajaran yang berorientasi pada target
penguasaan materi hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), menawarkan bentuk
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa. CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang
dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian, peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek
pembelajar yang menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang
dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi
belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi
dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan
subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching andLearning) adalah "konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)".
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh
diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah – langkah CTL / Sintaks CTL
Model CTL 1 :
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana
secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah
sebagai berikut.
1)
Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2)
Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3)
Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4)
Ciptakan
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
5)
Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran
6)
Lakukan
refleksi di akhir pertemuan
7)
Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Model CTL 2 :
1.
Modeling
(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi – tujuan, pengarahan –
petunjuk, rambu-rambu, contoh);
2.
Questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi);
3.
Learning
community (seluruh siswa berpartisipati dalam belajar kelompok dan individual,
otok berpikir dan tangan bekerja, mengerjakan berbagai kegiatan dan percobaan);
4.
Inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi, menemukan);
5.
Constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis);
6.
Reflection
(reviu, rangkuman, tindak lanjut);
7.
Authentic
assessment (penilaian selama proses dan seusai pembelajaran harus dilakukan
secara objektif dan dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang
benar-benar mewakili kompetensi siswa).
Model CTL 3:
Menurut bahwa secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut( Suparto, 2004: 6):
1)
Mengembangkan
metode beajar mandiri,
2)
Melaksanakan
penemuan (inquiry),
3)
Menumbuhkan
rasa ingin tahu siswa,
4)
Menciptakan
masyarakat belajar,
5)
Hadirkan
"model" dalam pembelajaran,
6)
Lakukan
refleksi di setiap akhir pertemuan,
7)
Lakukan
penilaian yang sebenarnya
Komponen CTL:
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson
(2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1.
Melakukan
hubungan yang bermakna (Making Meaningful Connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah
jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau
sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna
memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan
seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari
CTL.
2.
Melakukan
kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing Significant Works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua
proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa
sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3.
Belajar yang
diatur sendiri (Self-Regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan
pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah
ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.
Bekerjasama
(collaborating) Siswa dapat bekerja sama.
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka
memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.
Berpikir
kritis dan kreatif (Critical dan Creative Thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah
suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu.
6.
Mengasuh atau
memelihara pribadi siswa (Nuturing The Individual)
Dalam pembelajaran
kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan
keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap,
minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam
pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
7.
Mencapai
standar yang tinggi (Reaching High Standards)
Pembelajaran
kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan
(excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh
gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8.
Menggunakan
Penilaian yang otentik (Using Authentic Assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk
menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk
tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar,
penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.
Kelebihan
dari model pembelajaran CTL
a.
Memberikan
kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b.
Siswa dapat
berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c.
Menyadarkan
siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d.
Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e.
Pembelajaran
lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f.
Membantu siwa
bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.
Terbentuk
sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
a.
Dalam
pemilihan informasi atau materi dikelas
didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b.
Tidak efisien
karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c.
Dalam proses
pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d.
Bagi siswa
yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal
dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e.
Tidak setiap
siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang
dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f.
Kemampuan
setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi
namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft
skill daripada kemampuan intelektualnya.
g.
Pengetahuan
yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h.
Peran guru
tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
Bagaimana dengan artikelnya diatas? semoga artikel ini bermanfaat bagi semua dan jangan lupa ya, bagikan artikel ini Model Pembelajaran CTL
daftar putakanya dong masukin!
BalasHapusI need daftar pustakanyaaaa
BalasHapusGood content. thanks
BalasHapusmakasih infonya yah kak
BalasHapussindonews internasional
sumber nya mana l4so
BalasHapusReferencenya tolong dimasukan mimin
BalasHapusAda yang tau link untuk mengetahui rangkaian2 cyl?
BalasHapus